Rabu, 08 Juni 2011

Insha Allah (God Will)


Every time you feel like you cannot go on
You feel so lost and that you’re so alone
All you see is night and darkness all around
You feel so helpless you can’t see which way to go

Don’t despair and never lose hope
’Cause Allah is always by your side

Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah you’ll find your way
Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah you’ll find your way

Every time you commit one more mistake
You feel you can’t repent and that it’s way too late
You’re so confused wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame

But don’t despair and never lose hope
’Cause Allah is always by your side

Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah you’ll find your way

Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah you’ll find your way

Turn to Allah He’s never far away
Put your trust in Him, raise your hands and pray
Ya Allah guide my steps, don’t let me go astray
You’re the only one who can show me the way
Show me the way, show me the way, show me the way

Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah we’ll find our way
Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah we’ll find our way

Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah we’ll find our way
Insha Allah, Insha Allah
Insha Allah we’ll find our way

(By : Maher Zain)

Senin, 09 Mei 2011

Jendela Hati


Aku ingin hidup
Secerah mentari
Yang menyinari di taman hatiku
Aku ingin seriang
Kicauan burung
Yang terdengar di jendela kehidupan

Aku ingin segala-galanya damai
Penuh mesra membuah ceria
Aku ingin menghapus duka dan lara
Melerai rindu di dalam dada

Sedamai pantai yang memutih
Sebesar titisan embun pagi
Dan ukhuwah kini
Pasti berputik mnghiasi taman
Kasih yang harmoni

Seharum kasturi
Seindah pelangi
Segalanya bermula
Di hati, di sini…

By : Saujana
*******************************************

Aku terharu mendengar nasyid ini,hidup sesaat dengan penuh manfaat. Ya allah penguasa alam semesta :
"Izinkan kami menjadi hamba-Mu yang bermanfaat
Izinkan kami menjadi abdi setia-Mu setiap saat
Izinkan kami bertemu dengan-Mu dengan penuh harap
dengan penuh cinta dan dengan penuh kerinduan"
Amin...

Rabu, 06 April 2011

Kematian Hati


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu.Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa.Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka”, ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim malnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal,lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.

Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma’siat menggodamu dan engkau meni’matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir “Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh” Betapa jamaknya ‘dosa kecil’ itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat “TV Thaghut” menyiarkan segala “kesombongan jahiliyah dan maksiat?” Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci)berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan.”

Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?” Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang “Ini tidak islami” berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang “kiayi”nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan “Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku” dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da’inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan “Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?”

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai ‘alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da’wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa “westernnya”. Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan “lihatlah, betapa Amerikanya aku”. Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Oleh : Alm.Ust.Rahmat Abdullah

***************************************
Subanallah...surat cinta yang ditulis Alm.Ust.Rahmat Abdullah dengan bahasa yang santun dan indah sebagai bahan renungan dan evaluasi diri. Terbersit dalam hati, dimanakah kita memposisikan Allah di hati ini?. Kalulah jawabannya bukan yang paling utama, lalu bagaimana dengan kondisi hati kita saat ini?. Apakah hati ini sensitif dalam kebaikan? atau malah keras seperti batu dalam kemaksiatan?. Mari kita renungkan bersama dengan membaca tulisan ini. Semoga bermanfaat, suadara2 ku.

Doa Sederhana


Hari ini begitu indah, walu rintikan hujan membasahai bumi. Sang mentari tersenyum dibalik kabut awan. Langit pun menjadi kelam, pertanda hujan deras kan datang. Ku rasakan semelir angin bersama kabut awan. Akan ku lewati hari ini dengan senyuman. Subahanallah, Engkau uji hamba dengan kelembutan dan kasih sayang. Rintikan hujan membasahi bumi dan hati. Aku menangis bukan karena hujan yang datang. Hujan adalah sebagian rahmat dari Tuhan Semesta Alam untuk membasahi bumi yang gersang. Aku meneteskan air mata karena Aku terpilih mendapatkan ujian. Engkau pilih hamba dengan ujian, karena Engkau yakin kalulah hamba mampu menghapinya.

Ya allah yang maha kuat, kuatkanlah hamba sekuatnya kuat
Ya allah pemberi kesabaran, sabarkan lah hamba sesabarnya sabar
Ya allah yang maha suci, ikhaskanlah hamba seikhasnya ikhas dalam menghalau ujian

Semoga aku mampu menjadi hamba Mu yang setia, menjadi abdi Mu selamanya
Semoga dengan ujian ini tidaklah sedikt pun mengurngi rasa syukur ku pada Mu yang telah tercurah begitu melimpah
Semga Aku selalu kuat ya rabb, yang maha kuat

Ujian ini belumlah sebrapa karena ku yakin masih akan ada ujian-ujian lainnya yang menanti ku kembali
Birlah manusia mengina ku, memfitnaku bahkan membeci ku, namun harap ku engkau selalu dekat dengan ku, jangan sedikt pun menjauh
Gengamlah hati ini, biar hamba selalu tenang bersama-Mu selamanya.
Amin.....

Jumat, 28 Januari 2011

Meraih Cinta Ibu


Syahdan, seorang laki-laki suatu ketika bertanya kepada Ibn Abbas r'a, ''Saya meminang seorang wanita, tetapi dia menolak pinangan saya. Setelah itu, datang orang lain meminangnya, lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu dan membunuhnya. Apakah tobat saya diterima?''

Ibn Abbas bertanya, ''Apakah ibumu masih hidup?'' Dia menjawab, ''Tidak.'' Ibn Abbas berkata, "Bertobatlah kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semampumu." Atha' bin Yasar yang hadir ketika itu bertanya kepada Ibn Abbas, "Mengapa engkau bertanya kepada lelaki itu, apakah ibunya masih hidup?" Ibn Abbas menjawab, "Saya tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada Allah Azza Wa Jalla, melainkan berbakti kepada ibu."
(HR Bukhari).

Demikian mulia kedudukan seorang ibu. Di antara bapak dan ibu, ibulah yang lebih berhak untuk menerima perhatian dari seorang anak. Tidak hanya itu, dalam sebuah sabda Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi Wasallam yang masyhur,
ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

Ada beberapa alasan mengapa seorang ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

Pertama,
seorang ibu menanggung berbagai kesusahan, baik ketika mengandung maupun melahirkan. Bahkan, ketika anaknya sudah berumur empat puluh tahun pun, perhatian seorang ibu tidak pernah berhenti, ia terus mendoakan anaknya ...

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al-Ahqaf [46]: 15).

Kedua,
kesusahan ketika mengandung itu bertambah dan semakin bertambah ...

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman [31]: 14).

Ketiga,
kesusahan seorang ibu mencapai puncaknya ketika hendak melahirkan. Alquran memberi gambaran betapa sakit waktu melahirkan dengan ungkapan bahwa Maryam binti Imran menginginkan kematian atau menjadi barang yang tidak berarti

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS Maryam [19]: 23).

Keempat,
setelah melahirkan, kewajiban ibu belum selesai. Ia harus menyusui dan merawat anaknya. Ia tidak akan pernah merasa tenang jika keselamatan dan kenyamanan sang anak terancam. Hal ini seperti ibu dari Nabi Musa As ketika ia diperintahkan Allah untuk menghanyutkan anaknya di sungai ...

Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
(QS Alqashash [28]: 7-13).

Empat perkara ini cukup menjelaskan mengapa Allah dan Rasul-Nya menempatkan derajat ibu lebih tinggi daripada bapak.
Wahai Saudaraku fiilah..semoga kita tidak sedikitpun menyia-nyiakan waktu kita untuk Mencintai dan Menyangi IBU kita ,.Doakanlah mereka (IBU) krena begitu besar kasih dan Sayang seorang IBU bagi kita (Anak) ...Wallahu'alam.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS.Al Israa':24)

Semoga bermanfaat....

**********
Kiriman sahabat FBku;Abu Azvhierandha December 22, 2010

Rabu, 05 Januari 2011

Sebab-sebab Gelisa

Biismillahir rohmaanir rohiim..

Tidak seorangpun yang luput dari rasa gelisah, apakah ia pejabat, pengusaha, dokter, guru, petani, pedagang, siapupun dia, karena gelisah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang, siapapun ia, pernah diserang kegelisahan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa gelisah yang berkelanjutan sangatlah berbahaya.

Orang yang sering gelisah akan diserang oleh rasa tidak percaya diri. Kemudian timbulah perasaan takut yang berlebihan, perasaan takut miskin, takut mati, takut tidak mendapat jodoh, takut sebentar lagi akan datang masa pensiun, yang dulu tanda tangannya laku dan berpengaruh kemudian tidak lagi laku apalgi berpengaruh dan seterusnya berbagai jenis ketakutan yang tidak pada tempatnya.

Gelisah sama halnya dengan iman, kadang kadarnya naik terkadang menurun, Qolbu – hati seseorang suatu saat senang, berbunga-bunga, penuh dengan keceriaan. Namun dibalik itu disuatu saat yang lain, hati juga sering gundah, gelisah, hambar, hampa tanpa rasa. Kalau sudah begitu apapun menjadi susah, bisa jadi apa yang dikerjakan tidak maksimal bahkan malah salah tidak karuan. Tidak bisa tidur, mata menerawang kosong tanpa harapan, kesal tapi bingung . Kenapa demikian, ada beberapa yang menyelimutinya:

1. Kurang bersyukur

Seperti janji Allah Azza Wa Jalla dalam firman-Nya:

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim [14]:7).


Dalam Qs: Hud 11:6,
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).

pribadi yang memiliki sifat syukur dalam dirinya, tidak tampak sama sekali dalam dirinya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ia tidak gelisah, apapun yang dihadapinya tidak membuatnya menjadi gelisah. Karena keindahan pribadinya itu,
Alloh merelakan diri-Nya duduk bersama golongan orang-orang seperti ini.

Firman Alloh Azza Wa Jalla,

نعمة من عندنا كذلك نجزي من شكر

"Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Al-Qamar [54]:35).

2. Banyak menuntut

Bila sudah kurang bersyukur, dibalik itu biasanya muncul persaan tidak puas, tidak bisa menerima apa yang telah diperolehnya. Ketidakpuasan itu disusul dengan keinginan selanjutnya yang disebut menuntut. Mencintai dunia berlebihan sehingga tidak puas dengan apa yang telah diberikan Allah Azza Wa Jalla kepadanya,

Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan.

''Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia dan hiasannya dibuka untuk kalian.''
(Muttafaq 'Alaih)

3. Berbuat zhalim

Sering melakukan perbuatan menyusahkan atau menyengsarakan orang lain. Semakin orang sengsara semakin senang hatinya, dan terus begitu selalu mencari sesuatu untuk menzholimi orang lain. Kalau tidak hatinya tidak puas, menjadi gelisah. Tidak lapang, bening tanpa bebas.

Jika ia mempunyai anak buah yang bekerja padanya, ia selalu menunda-nunda honornya yang merupakan haknya. Padahal di sisi lain ia selalu menuntut agar bekerja semaksimal mungkin yang dapat memuaskan hatinya. Ia senang melihat anak buahnya merengek melakukan pinjaman karena tidak mencukupi atau karena honornya belum dikeluarkan dan berkesusahan. Semakin merengek semakin senang hatinya, begitu seterusnya dengan pekerjaan yang lainnya dengan siapapun ia selalu senang melihat orang lain susah, dan gelisah bila melihat orang senang, atau melebihinya.

4. Banyak dosa

Setiap kesalahan yang dilakukan seseorang, maka kesalahan itu akan membekas dalam hatinya sebagai perasaan bersalah. Semakin banyak melakukan kesalahan semakin banyak pula bekas yang tersimpan dalam hatinya sebagai sebuah kesalahan. Sehingga hatinya menjadi gelisah, dan semakin banyak kesalahan yang dilakukan maka semakin gelisah pula hatinya, begitu seterusnya. Sehingga hati itu menjadi luka, sakit, penuh dengan kegelisahan. Ibnu Qayyim berkata, ''Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa.''

5. Lemah iman

Seseorang yang imannya lemah, akan sangat mudah terpengaruh dengan keadaan sekelilingnya. Ia akan banyak mengeluh dan menyalahkan sekelilingnya, tidak sesuai dengan keinginannya. Orang yang lemah iman akan mudah mengeluh bahkan orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua sudah diatur dan ada dalam kekuasaan Allah Azza Wa Jalla.

Tidak ada satu daun pun yang gugur tanpa sepengetahuan Alloh, baginya sangat mudah mengubah terbit matahari dan bulan, mengguncang bumi dengan segala isinya, apalagi sekedar mati, rezaseki dan jodoh manusia, kekuasaan Alloh sangatlah besar, tiada yang melebihiNya.

Bagi orang yang berimnan, tentu segalanya mengarahkan kehidupannya sehari-hari kepada Allah..

seperti firman Allah Azza Wa Jalla

الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب

''Yang beriman dan tenteram hatinya lantaran ingat kepada Allah, ketahuilah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS 13:28).

Wallahi taufiq Wal Hidayah ..semoga bermanfaat...

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

*************

Kiriman Sahabat FB ku :Abu Azvhierandha December 15, 2010

Pembinaan Akhlak

Biismillahi rohmaanir rohiim..

Akhlak adalah cermin tingkah laku manusia. Akhlak menjadi standar kelayakan manusia untuk mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Azza Wa Jalla.

Akhlak mulia adalah anugerah terindah yang diberikan Allah Azza Wa Jalla kepada para hamba-Nya. Manusia yang berakhlak mulia ibarat mutiara yang bersinar dalam kegelapan. Ia bak pohon yang tumbuh dan berbuah, kemudian buahnya dapat bermanfaat bagi yang memakannya.

Akhlak juga diibaratkan sebagai air yang jernih dan suci, yang bisa menyucikan dan memberi banyak manfaat bagi makhluk hidup. Bahkan, dalam konteks yang lebih luas, akhlak memiliki peranan penting dalam terciptanya sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif.

Akhlak menjadi ikon determinan dalam proses kemajuan bangsa, negara, dan agama. Oleh karena itu, upaya pembinaan akhlak mulia adalah suatu keniscayaan yang harus terus dilakukan, kapan saja dan di mana saja.

Lantas siapa yang bertanggung jawab untuk membina akhlak ini dalam lingkup keluarga dan masyarakat ???

Pertama,
pada lingkungan keluarga, tentu saja orang tua memiliki peranan penting dalam membangun akhlak anak-anak. Sebab, secara psikologis, orang tua adalah bagian terdekat sekaligus memiliki pengaruh besar dalam diri dan jiwa sang anak.

Untuk itu, orang tua seyogianya selalu mengontrol, mengawasi, serta mengarahkan anak-anaknya agar selalu mengamalkan akhlaqul karimah . Allah Azza Wa Jalla berfirman,

''Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.'' (QS Attahrim [66]: 6).

Kedua,
pada lingkungan masyarakat, yang bertanggung jawab dalam pembinaan akhlak ini adalah para ulama, kaum pendidik, serta cendekiawan. Meraka adalah cermin bagi masyarakat. Apa yang mereka lakukan sejatinya akan ditiru dan dipraktikkan oleh masyarakat. Oleh karenanya, para ulama, pendidik, serta kaum cendekiawan harus sadar akan hal tersebut.

Mereka harus dapat memberikan petunjuk pada masyarakatnya.

Allah Azza Wa Jalla berfirman,

'Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.''
(QS As-sajdah [32]: 24).

Ketiga,
pada lingkungan yang lebih luas, yakni negara, yang bertanggung jawab atas pembinaan akhlak ini adalah pemerintah atau umara . Seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan bagi rakyatnya. Artinya, akhlak mulia sudah selayaknya terpancar dalam diri seorang pemimpin (umara).

Syauqi Beik dalam kata-kata hikmahnya mengungkapkan :
''Sesungguhnya umat dan bangsa itu sangat bergantung pada akhlaknya, jika baik, maka akan kuat bangsa itu, dan jika rusak maka akan hancurlah bangsa itu.'' Wallahi taufiq Wal Hidayah..

Allah Azza Wa Jalla berfirman,

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?"
(QS.Fushshilat:33)

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

***********

Kiriman Sahabat FB ku : Abu Azvhierandha December 14, 2010