Jumat, 28 Januari 2011

Meraih Cinta Ibu


Syahdan, seorang laki-laki suatu ketika bertanya kepada Ibn Abbas r'a, ''Saya meminang seorang wanita, tetapi dia menolak pinangan saya. Setelah itu, datang orang lain meminangnya, lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu dan membunuhnya. Apakah tobat saya diterima?''

Ibn Abbas bertanya, ''Apakah ibumu masih hidup?'' Dia menjawab, ''Tidak.'' Ibn Abbas berkata, "Bertobatlah kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semampumu." Atha' bin Yasar yang hadir ketika itu bertanya kepada Ibn Abbas, "Mengapa engkau bertanya kepada lelaki itu, apakah ibunya masih hidup?" Ibn Abbas menjawab, "Saya tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada Allah Azza Wa Jalla, melainkan berbakti kepada ibu."
(HR Bukhari).

Demikian mulia kedudukan seorang ibu. Di antara bapak dan ibu, ibulah yang lebih berhak untuk menerima perhatian dari seorang anak. Tidak hanya itu, dalam sebuah sabda Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi Wasallam yang masyhur,
ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

Ada beberapa alasan mengapa seorang ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

Pertama,
seorang ibu menanggung berbagai kesusahan, baik ketika mengandung maupun melahirkan. Bahkan, ketika anaknya sudah berumur empat puluh tahun pun, perhatian seorang ibu tidak pernah berhenti, ia terus mendoakan anaknya ...

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al-Ahqaf [46]: 15).

Kedua,
kesusahan ketika mengandung itu bertambah dan semakin bertambah ...

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman [31]: 14).

Ketiga,
kesusahan seorang ibu mencapai puncaknya ketika hendak melahirkan. Alquran memberi gambaran betapa sakit waktu melahirkan dengan ungkapan bahwa Maryam binti Imran menginginkan kematian atau menjadi barang yang tidak berarti

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS Maryam [19]: 23).

Keempat,
setelah melahirkan, kewajiban ibu belum selesai. Ia harus menyusui dan merawat anaknya. Ia tidak akan pernah merasa tenang jika keselamatan dan kenyamanan sang anak terancam. Hal ini seperti ibu dari Nabi Musa As ketika ia diperintahkan Allah untuk menghanyutkan anaknya di sungai ...

Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
(QS Alqashash [28]: 7-13).

Empat perkara ini cukup menjelaskan mengapa Allah dan Rasul-Nya menempatkan derajat ibu lebih tinggi daripada bapak.
Wahai Saudaraku fiilah..semoga kita tidak sedikitpun menyia-nyiakan waktu kita untuk Mencintai dan Menyangi IBU kita ,.Doakanlah mereka (IBU) krena begitu besar kasih dan Sayang seorang IBU bagi kita (Anak) ...Wallahu'alam.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS.Al Israa':24)

Semoga bermanfaat....

**********
Kiriman sahabat FBku;Abu Azvhierandha December 22, 2010

Rabu, 05 Januari 2011

Sebab-sebab Gelisa

Biismillahir rohmaanir rohiim..

Tidak seorangpun yang luput dari rasa gelisah, apakah ia pejabat, pengusaha, dokter, guru, petani, pedagang, siapupun dia, karena gelisah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang, siapapun ia, pernah diserang kegelisahan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa gelisah yang berkelanjutan sangatlah berbahaya.

Orang yang sering gelisah akan diserang oleh rasa tidak percaya diri. Kemudian timbulah perasaan takut yang berlebihan, perasaan takut miskin, takut mati, takut tidak mendapat jodoh, takut sebentar lagi akan datang masa pensiun, yang dulu tanda tangannya laku dan berpengaruh kemudian tidak lagi laku apalgi berpengaruh dan seterusnya berbagai jenis ketakutan yang tidak pada tempatnya.

Gelisah sama halnya dengan iman, kadang kadarnya naik terkadang menurun, Qolbu – hati seseorang suatu saat senang, berbunga-bunga, penuh dengan keceriaan. Namun dibalik itu disuatu saat yang lain, hati juga sering gundah, gelisah, hambar, hampa tanpa rasa. Kalau sudah begitu apapun menjadi susah, bisa jadi apa yang dikerjakan tidak maksimal bahkan malah salah tidak karuan. Tidak bisa tidur, mata menerawang kosong tanpa harapan, kesal tapi bingung . Kenapa demikian, ada beberapa yang menyelimutinya:

1. Kurang bersyukur

Seperti janji Allah Azza Wa Jalla dalam firman-Nya:

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim [14]:7).


Dalam Qs: Hud 11:6,
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).

pribadi yang memiliki sifat syukur dalam dirinya, tidak tampak sama sekali dalam dirinya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ia tidak gelisah, apapun yang dihadapinya tidak membuatnya menjadi gelisah. Karena keindahan pribadinya itu,
Alloh merelakan diri-Nya duduk bersama golongan orang-orang seperti ini.

Firman Alloh Azza Wa Jalla,

نعمة من عندنا كذلك نجزي من شكر

"Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Al-Qamar [54]:35).

2. Banyak menuntut

Bila sudah kurang bersyukur, dibalik itu biasanya muncul persaan tidak puas, tidak bisa menerima apa yang telah diperolehnya. Ketidakpuasan itu disusul dengan keinginan selanjutnya yang disebut menuntut. Mencintai dunia berlebihan sehingga tidak puas dengan apa yang telah diberikan Allah Azza Wa Jalla kepadanya,

Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan.

''Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia dan hiasannya dibuka untuk kalian.''
(Muttafaq 'Alaih)

3. Berbuat zhalim

Sering melakukan perbuatan menyusahkan atau menyengsarakan orang lain. Semakin orang sengsara semakin senang hatinya, dan terus begitu selalu mencari sesuatu untuk menzholimi orang lain. Kalau tidak hatinya tidak puas, menjadi gelisah. Tidak lapang, bening tanpa bebas.

Jika ia mempunyai anak buah yang bekerja padanya, ia selalu menunda-nunda honornya yang merupakan haknya. Padahal di sisi lain ia selalu menuntut agar bekerja semaksimal mungkin yang dapat memuaskan hatinya. Ia senang melihat anak buahnya merengek melakukan pinjaman karena tidak mencukupi atau karena honornya belum dikeluarkan dan berkesusahan. Semakin merengek semakin senang hatinya, begitu seterusnya dengan pekerjaan yang lainnya dengan siapapun ia selalu senang melihat orang lain susah, dan gelisah bila melihat orang senang, atau melebihinya.

4. Banyak dosa

Setiap kesalahan yang dilakukan seseorang, maka kesalahan itu akan membekas dalam hatinya sebagai perasaan bersalah. Semakin banyak melakukan kesalahan semakin banyak pula bekas yang tersimpan dalam hatinya sebagai sebuah kesalahan. Sehingga hatinya menjadi gelisah, dan semakin banyak kesalahan yang dilakukan maka semakin gelisah pula hatinya, begitu seterusnya. Sehingga hati itu menjadi luka, sakit, penuh dengan kegelisahan. Ibnu Qayyim berkata, ''Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa.''

5. Lemah iman

Seseorang yang imannya lemah, akan sangat mudah terpengaruh dengan keadaan sekelilingnya. Ia akan banyak mengeluh dan menyalahkan sekelilingnya, tidak sesuai dengan keinginannya. Orang yang lemah iman akan mudah mengeluh bahkan orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua sudah diatur dan ada dalam kekuasaan Allah Azza Wa Jalla.

Tidak ada satu daun pun yang gugur tanpa sepengetahuan Alloh, baginya sangat mudah mengubah terbit matahari dan bulan, mengguncang bumi dengan segala isinya, apalagi sekedar mati, rezaseki dan jodoh manusia, kekuasaan Alloh sangatlah besar, tiada yang melebihiNya.

Bagi orang yang berimnan, tentu segalanya mengarahkan kehidupannya sehari-hari kepada Allah..

seperti firman Allah Azza Wa Jalla

الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب

''Yang beriman dan tenteram hatinya lantaran ingat kepada Allah, ketahuilah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS 13:28).

Wallahi taufiq Wal Hidayah ..semoga bermanfaat...

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

*************

Kiriman Sahabat FB ku :Abu Azvhierandha December 15, 2010

Pembinaan Akhlak

Biismillahi rohmaanir rohiim..

Akhlak adalah cermin tingkah laku manusia. Akhlak menjadi standar kelayakan manusia untuk mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Azza Wa Jalla.

Akhlak mulia adalah anugerah terindah yang diberikan Allah Azza Wa Jalla kepada para hamba-Nya. Manusia yang berakhlak mulia ibarat mutiara yang bersinar dalam kegelapan. Ia bak pohon yang tumbuh dan berbuah, kemudian buahnya dapat bermanfaat bagi yang memakannya.

Akhlak juga diibaratkan sebagai air yang jernih dan suci, yang bisa menyucikan dan memberi banyak manfaat bagi makhluk hidup. Bahkan, dalam konteks yang lebih luas, akhlak memiliki peranan penting dalam terciptanya sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif.

Akhlak menjadi ikon determinan dalam proses kemajuan bangsa, negara, dan agama. Oleh karena itu, upaya pembinaan akhlak mulia adalah suatu keniscayaan yang harus terus dilakukan, kapan saja dan di mana saja.

Lantas siapa yang bertanggung jawab untuk membina akhlak ini dalam lingkup keluarga dan masyarakat ???

Pertama,
pada lingkungan keluarga, tentu saja orang tua memiliki peranan penting dalam membangun akhlak anak-anak. Sebab, secara psikologis, orang tua adalah bagian terdekat sekaligus memiliki pengaruh besar dalam diri dan jiwa sang anak.

Untuk itu, orang tua seyogianya selalu mengontrol, mengawasi, serta mengarahkan anak-anaknya agar selalu mengamalkan akhlaqul karimah . Allah Azza Wa Jalla berfirman,

''Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.'' (QS Attahrim [66]: 6).

Kedua,
pada lingkungan masyarakat, yang bertanggung jawab dalam pembinaan akhlak ini adalah para ulama, kaum pendidik, serta cendekiawan. Meraka adalah cermin bagi masyarakat. Apa yang mereka lakukan sejatinya akan ditiru dan dipraktikkan oleh masyarakat. Oleh karenanya, para ulama, pendidik, serta kaum cendekiawan harus sadar akan hal tersebut.

Mereka harus dapat memberikan petunjuk pada masyarakatnya.

Allah Azza Wa Jalla berfirman,

'Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.''
(QS As-sajdah [32]: 24).

Ketiga,
pada lingkungan yang lebih luas, yakni negara, yang bertanggung jawab atas pembinaan akhlak ini adalah pemerintah atau umara . Seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan bagi rakyatnya. Artinya, akhlak mulia sudah selayaknya terpancar dalam diri seorang pemimpin (umara).

Syauqi Beik dalam kata-kata hikmahnya mengungkapkan :
''Sesungguhnya umat dan bangsa itu sangat bergantung pada akhlaknya, jika baik, maka akan kuat bangsa itu, dan jika rusak maka akan hancurlah bangsa itu.'' Wallahi taufiq Wal Hidayah..

Allah Azza Wa Jalla berfirman,

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?"
(QS.Fushshilat:33)

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

***********

Kiriman Sahabat FB ku : Abu Azvhierandha December 14, 2010

Puasa Asyura

Biismillahir rohmaanir rohiim..

Yang dimaksud hari Asyura adalah tanggal sepuluh bulan Muharram.

Demikian pendapat yang dikemukakan oleh al-Khalil, dikuatkan pula oleh az-Zain ibn al-Munayyir (Fath al-Bari, 4/248).

Dan inilah pendapat yang dipegang oleh jumhur ulama salaf dan khalaf. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalahSa’id bin al-Musayyib, al-Hasan al-Bashri, Malik, Ahmad, Ishaq dan masih banyak ulama yang lain (Syarh Muslim, 4/467)

Ketika ditanya mengenai hukum puasa pada hari Asyura, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjawab,

”Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan Muharram. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Aku lebih berhak untuk mengikuti Musa daripada kalian.” Kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa pada hari itu.
(HR. Bukhari [2004] dan Muslim 1130]).

Di dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma [tersebut] yang jelas disepakati kesahihannya dikisahkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari itu. Beliau juga pernah ditanya tentang keutamaan berpuasa pada hari itu. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

”Aku berharap kepada Allah supaya puasa ini bisa menghapuskan dosa setahun yang sebelumnya.” (HR. Muslim [1162]).

Hanya saja setelah itu beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yaitu dengan berpuasa pada tanggal sepuluh dan sehari sebelumnya yaitu hari kesembilan [sebagaimana tercantum dalam HR. Muslim [1134],[pent].Atau diiringi puasa sehari sesudahnya yaitu hari kesebelas.

Oleh sebab itu maka yang lebih utama adalah berpuasa pada hari kesepuluh dan menambahkan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya [lihat juga Fath al-Bari, 4/285. (Namun riwayat yang memerintahkan untuk puasa sehari sesudahnya dinilai lemah)
[lihat catatan kaki Tajrid al-Ittiba', hal. 128. pent].

Dan menyertakan hari kesembilan itu lebih utama daripada hari yang kesebelas.Maka sudah seyogyanya bagimu wahai saudaraku sesama muslim berpuasa pada hari ‘Asyura demikian pula hari yang kesembilan.”(Fatawa Arkan al-Islam, hal. 490-491).

Tambahan Para ulama yang menyatakan sunnahnya berpuasa pada hari tanggal sembilan dan sepuluh Muharram di antaranya adalah; Imam asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, dan lain-lain (Syarh Muslim, 4/467)

Selain itu disunnahkan pula untuk memperbanyak puasa di bulan Muharram karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan adalah berpuasa di bulan Allah al-Muharram.

Dan shalat yang paling utama sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim [1163]).

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan yang dimaksud bulan Allah al-Muharram adalah bulan yang terletak antara bulan Dzulhijah dan Shafar (Syarh Riyadh ash-Shalihin, 3/409) ...

Cat : Puasa Asyura tgl 9 dan 10 Muharram ( Rojjih )
Wallahi taufiq Wal Hidayah ..Semoga bermanfaat ...

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

**************

Kiriman sahabat FB ku : Abu Azvhierandha December 13, 2010